top of page

Selebrasi Tahun Baru: Dilema Antara Introspeksi dan 'Party - Party'

Kalian pilih yang mana?


Oleh: Rayhan Naufal Asyrafi


Pesta menyambut tahun baru - sumber: tourkarimunjawa.net

Tahun baru 2019 baru saja kita lalui. Bukan hal baru jika kita selalu melakukan selebrasi dalam merayakan pergantian tahun setiap tahunnya. Tiap orang pun memiliki pilihannya sendiri dalam melakukan perayaan tahun baru. Beberapa memilih merayakannya bersama teman - teman terdekat dengan melakukan barbeque, ada yang memilih menyaksikan pertunjukan kembang api di pusat kota, ada yang memilih melakukan pesta dengan mabuk - mabukan dan berdansa sepanjang malam, bahkan ada yang memilih hanya dengan tidur saja di rumah.


Selain hal - hal seperti itu, kita juga bisa menemui orang yang memilih berbelanja di momen pergantian tahun. Hal ini karena banyak produk yang menawarkan potongan harga yang sangat menggiurkan pada momen ini.


Berbagai pilihan yang ditentukan sudah tentu menjadi preferensi pribadi dari orang tersebut dalam melakukan perayaan. Dua reporter mapren justru melakukan perayaan dalam dua hal yang saling berlawanan. Ganisha, salah satu reporter kami memilih untuk melakukan perayaan melakukan pesta bersama teman - teman dekatnya di kampung halamannya di Bogor. Sebaliknya, Anggi reporter kami yang berkampung halaman di Tanjung Pinang memilih untuk mengikuti muhasabah di tepi laut Tanjung Pinang.


Melihat perbedaan ini, teringat kembali bahwa memang sering kali terjadi perbedaan pemaknaan dalam merayakan pergantian tahun. Perdebatan yang tidak terlalu penting, namun selalu muncul dan selalu berbuntut panjang jika membicarakan siapa yang paling benar dalam melakukan perayaan tersebut.


Melihat hal yang mana menjadi pilihan pribadi, kami ingin melihat fenomena ini dari perspektif agama dan pribadi itu sendiri. Seorang usztad di daerah depok, usztad Andi berpendapat bahwa sebenarnya momen pergantian tahun baru masehi itu dirayakan kembali kepada pribadinya masing - masing. Islam sendiri tidak mengaturnya. Namun, ia lebih menyarankan dalam momen sebesar itu kita bisa melakukan introspeksi diri untuk menghadapi tahun berikutnya, dibanding melakukan hal yang hanya buang - buang waktu saja.


Berbeda lagi dengan Fachri. Seorang mahasiswa asal PNJ. Ia lebih memilih melakukan pesta bersama teman - temannya dalam merayakan tahun baru. Menurutnya tahun baru itu momen yang hanya terjadi setahun sekali. Karenanya, harus ada kegiatan yang mengasyikkan dan mampu dikenang.


"Pesta tahun baru itu selalu ada aja kenangannya. Beda deh sama pesta kalo hari biasa" ujarnya.


Kedua pandangan yang sangat berbeda 180 derajat ini sebenarnya tidak dapat kita lihat dalam kacamata salah dan benar. Keduanya merupakan pilihan dengan konsekuensinya yang sudah siap diambil oleh para pribadi masing - masing.


Lagipun, dibalik selebrasi gegap gempita maupun sunyi senyap yang ada tiap momen ini, ada hal lain yang lebih baik untuk diperhatikan. Hal itu adalah bagamaina kita mampu menciptakan semangat yang lebih baik lagi dalam menghadapi tahun berikutnya.

24 views0 comments
bottom of page