top of page

Emang Jersey Klasik Lebih Menarik?


Selain permainan, jersey sebuah tim menjadi aspek menarik dalam dunia sepak bola. Namun kini produsen dan tim terkesan kehabisan inovasi dalam mendesain jersey. Apa benar?


Oleh: Rayhan Naufal Asyrafi


Jorge Campos, Piala Dunia 1994 - Sumber: Bola.com

Mungkin kita pernah dengar istilah "classic isn't plastic". Tapi, bukan artinya segala yang berbau klasik itu dibuat sudah pasti dari bahan selain plastik seperti pasir, batu, atau rumput. Kata plastik sebagai kiasan mengacu pada pandangan tentang sesuatu yang prosesnya dipermudah dan tidak lagi seunik waktu masih bernuansa klasik. Walaupun, secara praktik memang jersey terkini pun sudah ada yang dibuat dari bahan daur ulang plastik. Untuk alasan lingkungan lebih tepatnya.


Jersey klasik sendiri kini menjadi barang yang semakin populer dan diburu. Para kolektor bermunculan. Banyak alasan di baliknya. Nilai Sejarah pencapaian tim kala mengenakan jersey tersebut, kuantitas yang terbatas menjadikannya barang eksklusif, dan desain. Desain menjadi poin menarik jika kita membuat komparasi dengan jersey saat ini yang dari tahun ke tahun terlihat gitu - gitu aja.


Harus kita akui, pada dekade 90an para tim memiliki jersey dengan desain yang eksperimental dan unik. Kita akan dengan mudah melihat pemain mengenakan jersey dengan motif - motif yang nyeleneh, atau dengan motif warna yang sangat beragam khas psychedelic.


"Bruised Banana" Arsenal musim 1991-1993 - Sumber: Football Shirt Collective

Sebut saja "Bruised Banana" milik Arsenal dan Adidas pada musim 1991-1993. Atau, yang paling mudah diingat mungkin adalah Jorge Campos. Kiper timnas Mexico era 90an yang selalu tampil dengan jersey nyentrik hasil desainnya sendiri. Dengan motif strip warna warni, ia seperti tidak pernah kekurangan imajinasi untuk membuatnya jadi pusat perhatian karena jerseynya.


Berbeda dengan sekarang. Para tim dan produsen cenderung mengeluarkan jersey dengan desain yang minimalis dan terlihat tanpa inovasi setiap tahun. Para produsen lebih fokus pada teknologi, dan desain jersey seakan jadi poin ke sekian. Memang bukan hal yang salah jika mengingat bahwa jersey sebuah tim harus bisa menunjang permainan tim itu sendiri. Namun, produsen terlihat seperti kehabisan ide untuk mendesain sebuah jersey. Tiap jersey hanya ditambahkan detail - detail kecil sebagai pembeda, dan itu terlihat monoton.


Ada kemungkinan bahwa kemampuan riset pasar di tengah perkembangan teknologi saat ini membuat produsen sangat mengamati consumer behavior dalam melakukan produksi. Karena, selain sebagai seragam dari tim itu sendiri, jersey juga diproduksi secara massal untuk dijual secara bebas ke masyarakat. Jadi, ada kemungkinan bahwa desain yang dikeluarkan sudah melalui proses perhitungan nilai jual kepada masyarakat. Karena penjualan jersey tim sendiri memiliki sumbangsih pula terhadap finansial tim maupun produsen.


Karena, tak jarang jersey klasik yang memiliki desain yang unik dan nyeleneh tersebut mengundang kontroversi bagi para pendukung. Beberapa pendukung arsenal mengatakan bahwa desain jersey "Bruised Banana" pada musim 1991-93 adalah desain yang buruk. Di tengah pertumbuhan industri sepak bola saat ini, sudah tentu produsen dan tim tidak ingin mengambil risiko dengan memproduksi sesuatu yang direspon buruk pasar, bukan? Karena jika dilihat lebih jauh, perputaran uang di industri jersey sendiri sangat besar dan menjanjikan.


Jika memang produsen dan tim sudah kehabisan ide, ada opsi untuk me-reissue jersey klasik mereka. Tapi, jangan sampai berakhir seperti Manchester United yang me-reissue jersey musim 1968 milik mereka tahun ini. Beberapa pendukungnya justru mengeluhkan jersey seharga 100 Poundsterling tersebut terlalu mahal. Menjadikan pasar dari jersey tersebut terlalu segmented. Padahal, sebagai barang yang dapat dijadikan identitas oleh pendukung tim, jersey haruslah menjangkau tiap kalangan.


Lagipula, mau bagaimana pun kita mengkritik produsen dan tim atas desain jersey saat ini, takkan merubah kenyataan bahwa jersey terkini tersebut akan tetap laku. Karena jersey itu sendiri adalah identitas yang paling mudah untuk menunjukkan dukungan kita terhadap tim. Lagi - lagi kita dihadapkan pada keterbatasan opsi yang disediakan. "Yang mau ya mau, yang nggak yaudah". Kembali lagi, riset pasar yang dilakukan produsen rasanya sudah sebegitu matangnya untuk memproduksi jersey dengan desain tersebut.


Dan juga, kritik atas desain jersey yang makin tidak inovatif ini juga bisa jadi hanya keresahan beberapa pihak. Apa memang suara kita sudah mewakilkan suara pasar untuk merubah kebiasaan para produsen ini? Kritik hanya akan jadi angin lalu. Kalau pasar terus - menerus patuh kepada industri, produsen akan tetap bertahan pada cara ini. Tentu kita rindu kebaruan dalam desain jersey tim kesayangan kita dan berharap produsen bisa lebih peka terhadap hal ini. Karena, bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan minimnya inovasi desain akan membuat jersey tidak lagi jadi barang buruan para pendukung. Entah beberapa tahun lagi, atau bahkan musim depan? Kita lihat saja.

55 views0 comments

Comments


bottom of page