top of page

Fenomena Hypebeast Murahan

Gaya hypebeast memang keren. Tapi apa menggunakan barang kw pantas dijadikan alternatif untuk bergaya keren dengan kantong pas-pasan saat ini?


Oleh: Ganisha Puspitasari


Barang KW Hypebeast - Sumber: distrokaosgrosirmurah.com

Kata hypebeast sangatlah tidak asing di kalangan anak muda. Brand besar seperti Supreme, Off-White, Balenciaga, Palace, dan brand ‘keren’ lainnya, pasti akan terngiang di telinga kita saat mendengar kata hypebeast. Jadi apa definisi dari hypebeast sebenarnya? Di dalam kamus daring Urban Dictionary, terdapat dua makna dari kata hypebeast. Makna pertama, mengacu pada anak muda yang mengoleksi sepatu, pakaian, dan aksesoris demi terlihat keren di depan orang lain. Kedua, hypebeast diartikan sebagai kata slang bagi mereka yang terobsesi (beast) dengan segala sesuatu yang kekinian (hype), khususnya untuk urusan penampilan (fashion).


Memang, jika dilihat oleh mata telanjang, terlebih mata orang awam, desain yang ditawarkan brand hypebeast terkesan biasa. Banyak orang awam yang berpikir bahwa, harga yang ditawarkan, tidak sesuai dengan desain yang diperlihatkan. Seperti contohnya, dilansir dari toko daring hbx.com, salah satu produk yang ditawarkan Off-White adalah kaus putih bergambarkan sepasang tangan yang sedang menggenggam bumi. Kaus putih ‘sederhana’ tersebut dibanderol dengan harga USD 314 atau Rp 4.565.560.


Contoh lain dari produk hypebeast adalah hoodie kolaborasi Supreme dan Louis Vuitton. Produk tersebut sangat hype sekitar setahun yang lalu. Hoodie yang dipenuhi logo LV dan logo Supreme di sisi depannya itu, dibanderol dengan harga berkisar USD 10.000 atau Rp 145.400.000.


Bergaya hypebeast memang membutuhkan modal yang cukup banyak, mengingat brand hypebeast menawarkan produk-produk yang terbilang mahal. Tapi harga bukanlah masalah bagi orang-orang pecinta hypebeast. Mengoleksi produk dari Supreme, Off-White, Palace, dll adalah suatu kebanggan tersendiri. Terlebih jika produk yang dimiliki termasuk limited edition.


Harga yang selangit memang menjadi masalah besar bagi beberapa orang yang ingin menjadi ‘anak hypebeast’. Beberapa solusi tersedia untuk mereka yang bercita-cita menjadi anak hypebeast, tapi berkantong pas-pasan. Solusi tersebut bisa didapat dari membeli barang preloved atau bekas ataupun membeli barang replika.


Hypebeast street style - Sumber: Highsnobiety.com

Membeli barang preloved atau bekas bukanlah hal yang salah. Beberapa orang yang ingin mendapat harga miring dari produk yang ditawarkan brand ‘mahal’, menjadikan cara ini menjadi alternatif utama. Walaupun mungkin, desain dan style yang ditawarkan sudah terbilang tidak hype atau kekinian. Tetapi, nama brand yang terpampang pada produk tersebut masih dapat menaikkan status sosial mereka di masyarakat.


Alternatif kedua adalah membeli barang replika. Hal ini dapat dikatakan salah, akan tetapi sudah menjadi suatu hal yang normal di Indonesia. Jika kita mengunjungi pusat perbelanjaan seperti ITC ataupun pasar-pasar tradisional, sangat mudah untuk menemui brand Supreme, Off-White, Gucci, ataupun Louis Vuitton di dalamnya. Akan tetapi, ada hal yang janggal, yaitu harga dan kualitas produk. Harga yang ditawarkan para pedagang barang replika, sangat jauh di bawah harga produsen resmi. Celana jeans Off-White seharga Rp 100.000 dan tas Gucci yang dijual Rp 200.000 adalah pemandangan yang tidak asing di Indonesia.


Mirisnya, alternatif kedua untuk menjadi anak hypebeast ini, sangat digemari oleh anak muda Indonesia, terlebih lagi produsen barang replika (KW) sudah merajalela di negeri ini. Kualitas yang ditawarkan produsen hypebeast KW sangatlah beragam, mulai dari yang buruk hingga yang sangat menyerupai atau biasa yang disebut KW super.

Fenomena barang KW menuai pro dan kontra, walaupun sebenarnya tidak pantas sama sekali untuk dibela keberedaannya. Akan tetapi, kenyataannya, ada beberapa orang yang membutuhkan barang KW. Bagi mereka, barang KW adalah salah satu alternatif utama untuk terlhat kekinian dengan kantong pas-pasan.


Barang KW yang merajalela dapat menggambarkan keadaan Negara Indonesia yang sangat tidak memerhatikan hukum. Regulasi mengenai pemalsuan barang, sudah diatur dalam UU No. 15 tahun 2001. Akan tetapi tetap saja, produsen barang KW masih bisa mengembangkan sayapnya dengan leluasa.


Semulus-mulusnya barang KW, tetap salah untuk mengonsumsinya. Jika memang kondisi keuangan tidak mendukung untuk bergaya ala hypebeast, alangkah baiknya jika memilih produk dari brand yang sesuai dengan kondisi keuangan.


Dari segi definisi, sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hypebeast dapat diartikan sebagai kata slang bagi mereka yang terobsesi (beast) dengan segala sesuatu yang kekinian (hype), khususnya untuk urusan penampilan (fashion). Untuk tampil kekinian dalam soal fashion, masih banyak brand yang harganya jauh di bawah Supreme, Gucci, ataupun Off-White. Seperti contohnya: Vans dan Converse. Harga yang dibanderol produk-produk dari kedua brand tersebut masih terbilang normal. Sepatu ala anak skateboard yang menjadi ciri khas Vans, bisa kita dapatkan dengan harga Rp 700.000 hingga Rp 2.500.000. Tentu harga yang ditawarkan jauh di bawah brand kelas atas lainnya.


Akan tetapi, lagi-lagi, walaupun dapat dibilang terjangkau, Vans masih menjadi favorit para produsen KW. Kita dapat mendapatkan sepatu Vans KW yang harganya berkisar Rp 100.000 hingga Rp 300.000, dan produk-produk tersebut sangat digemari oleh anak muda yang bercita-cita memiliki gaya hype.


Mungkin, seberapa terjangkaunya produk-produk hypebeast, jika pada dasarnya anak muda Indonesia tidak pernah menghargai hak cipta suatu brand, maka fenomena hypebeast KW akan terus berlangsung, terlebih lagi didukung oleh regulasi yang longgar. Entah sampai kapan fenomena ini akan terus berlangsung. Pastinya, rasa hormat terhadap suatu brand harus terbangun di jiwa masyarakat, entah itu terhadap brand super fancy maupun brand lokal sekalipun.

64 views0 comments

Comments


bottom of page